Berikut Ini Sumbang Kerugian Garuda Indonesia
FlightNews - Kenaikan nilai tukar rupiah yang dalam seminggu terakhir sempat menjangkau Rp 14.500 per dollar Amerika Serikat otomatis melambungkan harga avtur. Dari website Pertamina Aviation, harganya ketika ini dibanderol sebesar Rp 8.740 per liter di Bandara Soekarno-Hatta, Tengerang atau naik tipis dari Februari 2018 yang masih di harga Rp 8.300 per liter.Sebelumnya dalam konferensi pers hari ini, Garuda Indonesia diketahui pulang merugi. Namun, kerugian pada Semester I 2018 ini telah membaik bila dikomparasikan dengan periode yang sama pada 2017 yang menjangkau US$ 284 juta atau selama Rp 4,11 triliun. "Perseroan sukses menekan kerugian sampai 60 persen," kata Pahala.
Baca Juga : Perkara Asian Games, 3 Maskapai Asing Ajukan 26 Penerbangan Tambahan
Berdasarkan keterangan dari Pahala, kerugian ini dapat ditekan sebab Garuda dapat mencatatkan perkembangan sebesar US$ 1,9 miliar atau selama 5,9 persen pada penghasilan operasional. Sementara pengeluaran operasional dapat dipertahankan sehingga melulu tumbuh tipis sebesar 0,3 persen atau senilai US$ 2,1 miliar. Tapi, ongkos untuk bahan bakar masih menjadi komponen yang lumayan tinggi yakni sebesar US$ 639,7 juta atau naik 12 persen year-on-year/yoy. Nilai menjangkau 30 persen dari semua pengeluaran atau naik dari tahun sebelumnya yang baru menjangkau US$ 572 juta atau 27 persen.
Pahala mengatakan, eskalasi harga avtur dampak pelemahan rupiah ini menjadi dominan karena 65 persen dari bisnis perusahaan masih terpusat di dalam negeri. Tapi dengan membaiknya kinerja perusahaan, kata Pahala, Garuda Indonesia akan mengupayakan menutupinya dengan menurunkan sejumlah ongkos untuk pengeluaran lain.